Sejarah adalah masa stelah
ditemukannya tulisan
Sebelum abad ke 5 tulisan masuk
ke Indonesia yang dibawa oleh india, sebelum itu tulisan sudah ada di mesir
pada 3500 thn sebelum masehi dengan bahasa hevioglif.
Jaman purba menggunakan aksara
palawa
Urutan peradaban yang ada di
dunia:
1. Mesir
2. Mesopotamia
3. China
4. Lembah
sungai hindus <india>
5. Amerika
selatan di Peru : 500SM dengan suka yang mendiami adalah Aztec, inca dan Maya
Kebudayaan berasal dari kata
budaya
Budaya menurut Ki Hajar Dewantoro
adalah cipta, rasa dan karsa dari manusia
Budaya selalu menciptakan system ide/gagasan
yang abstrak/tidak tampak atau yangdisebut juga dengan ranah kognitif <alam piker
manusia>
Ranah kognitif manusia akan
kelihatan setalah adanya system tingkah laku atau system social
Kebudayaan itu ada karena manusia
memiliki akal budi, contoh salah satu hasil dari kebudayaan adalah pakaian,
guna dari pakaian adalah untuk menutup aurat, estetika <cantik>, dan
melindungi diri dari cuaca.
Kebudayaan itu diadakan karena
ada fungsinya, dan fungsinya adalah untuk mempermudah kehidupan manusia dalam
rangka kehidupannya <memeanusiawikan manusia>.
Kebudayaan harus dipelajari
1. Internalisasi
Proses internalisasi
seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Antropologi diartikan sebagai Proses belajar menanamkan dalam
kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang
hidup manusia. Pada
dasarnya segala macam bakat, emosi, perasaan telah tertanam dalam gen manusia.
Sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas dirinya sendiri, manusia dapat
mengembangkan berbagai bakat dan perasaan yang dimilkinya. Namun untuk
mengembangkan segenap bakat dan potensi diperlukan berbagai stimuli yang berada
di sekitarnya. Ketika seorang manusia terlahir ke dunia, lingkungan awal yang
akan ditemuinya adalah lingkungan keluarga, lebih spesifik lagi adalah ayah dan
ibu. Pada awalnya, seorang bayi hanya mengerti dua hal dalam hidup ini,
kepuasan dan ketidak puasan. Namun seiring dengan bejalannya waktu, bertambah
pula pengalaman mengenai bermacam-macam perasaan baru yang menjadi modal dasar
dalam pembentukan karakter dan kepribadian manusia. Proses pengenalan berbagai
macam perasaan yang diperoleh melalui jalan belajar inilah yang dimaksud dengan
proses internalisasi. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses
panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia
belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta
emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Sosialisasi
adalah
Berger seorang ahli
sosiologi mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns
to be a participant member of society” proses melalui mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dari penjelasan
Berger dapat kita analisis bahwa proses sosialisasi lebih menekankan pada
bagaimana cara kita untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma
kebudayaan yang berlaku di suatu lingkungan masyarakat. Proses ini bersangkutan
dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam
proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar
pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di
sekililingnya yag menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada
dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk penyesuaian diri tersebut yang akan
menuntun seorang manusia untuk dapat bergabung dalam kelompok masyarakat. Dalam
proses sosialisasi ada satu hubungan kuat antara sebuah sistem sosial dengan
individu itu sendiri. Untuk memasuki sistem sosial yang rumit sorang individu
harus dapat mempelajari esensi dari sistem sosial lingkungannya.
Sosialisasi ini mempunyai arti yang sangat penting untuk pembelajaran kebudayaan. Hanya lewat proses inilah norma-norma sosial yang merupakan wujud kebudayaan idea yang dimiliki oleh suatu masyarakat diwarisakan ke generasi selanjutnya. Selain itu dengan adanya proses sosialisasi ini sangat membantu individu dalam penerapan langsung kebudayaannya sendiri, bukan lagi tahu tetapi menerapkannya dalam perilaku nyata.
Ada beberapa agen sosialisasi yang mendukung antara lain adalah keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa. Semua agen sosialisasi ini mempunyai peranan penting dan saling terkait satu sama lain. Namun, yang paling mendasar adalah agen sosialisasi keluarga, karena merupakan agen utama dan pertama yang melaksanakan sosialisasi bagi anak-anaknya, mengenalkan budaya kepada anak-anaknya. Di agen sosialisasi inilah merupakan awal mula sesorang mengenal dan belajar budanyanya.
Sosialisasi ini mempunyai arti yang sangat penting untuk pembelajaran kebudayaan. Hanya lewat proses inilah norma-norma sosial yang merupakan wujud kebudayaan idea yang dimiliki oleh suatu masyarakat diwarisakan ke generasi selanjutnya. Selain itu dengan adanya proses sosialisasi ini sangat membantu individu dalam penerapan langsung kebudayaannya sendiri, bukan lagi tahu tetapi menerapkannya dalam perilaku nyata.
Ada beberapa agen sosialisasi yang mendukung antara lain adalah keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa. Semua agen sosialisasi ini mempunyai peranan penting dan saling terkait satu sama lain. Namun, yang paling mendasar adalah agen sosialisasi keluarga, karena merupakan agen utama dan pertama yang melaksanakan sosialisasi bagi anak-anaknya, mengenalkan budaya kepada anak-anaknya. Di agen sosialisasi inilah merupakan awal mula sesorang mengenal dan belajar budanyanya.
3.
Enkulturasi
Proses enkulturasi
atau “pembudayaan” dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seorang individu
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma dan
peraturan-peraturan yang hidup dan berkembang dalam kebudayaannya. Dalam proses
ini, seorang individu mulai membiasakan nilai-nilai yang telah dikenalnya
sebagai suatu kebiasaan pola aktivitas. Berawal dari proses enkulturasi,
kebiasaan-kebiasaan yang acap kali dilakukan oleh anggota masyarakat lama
kelamaan akan menjadi sebuah kebudayaan. Proses pembisaan atau pembudayaan ini
berawal dari perilaku yang dilakukan secara terus menerus dimana dengan begitu
sebuah perilaku tersebut akan membentuk pola dan akhirnya menjadi sebuah
kebudayaan bersama. Sebagai contoh adalah pembudayaan cara makan yang telah
diterapkan dalam lingkungan pondok pesantren. Pertama kali yang terjadi adalah
proses internalisasi, terus sosialisasi tentang bagai mana cara makan yang
baik, dan terakhir adalah pembudayaan cara makan tersebut secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, karena dilakukan secara terus menerus, maka akan
membentuk sebuah pola perilaku dan menjadi sebuah kebudayaan milik bersama.
Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai
macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan
tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Hal ini jelas
sekali bahwa semua kebudayaan yang sudah ia kenal, dan sudah diinternalisasikan
akan dia wujudkan dan wujudkan dalam tindakan nyata.